Wednesday, July 28, 2010

Behind The Scene Lomba Hanya Oreo

Jadi, gue memang ikut lomba yang diselenggarakan http://hanyaoreo.com dan lombanya akan ditutup akhir bulan Juli ini.

Disamping fakta bahwa gue cukup pesimis untuk menang, sesi pemotretan yang gue lakukan sekitar satu setengah bulan yang lalu berlangsung cukup cepat.

Bermodal 2 buah karton hitam yang gue tempel di salah satu dinding ruang TV (yang menuai pertanyaan dari papa dan protes dari mama karena gue nyopot pajangan dinding), jadilah studio temporari gue!

Berhubung selama ini gue SELALU memotret orang dan jarang jadi objek pemotretan, jadilah gue menyuruh sepupu gue yang sudah beranak satu itu, Kak Lila :P (kalo dia gue panggil tante pasti ntar ngamuk huahuauhauhuahua)

Fotografer dadakan :




Nahhh, karena waktu itu udah sekitar siang dan gue mepet dikejar waktu (waktu itu nyokap lagi otw ke rumah buat jemput gue, ceritanya mau nonton Tanah Air Beta di Blitz Grand Indonesia), pemotretan berlangsung secepat kilat.


pemotretan latar

Gue berusaha memaksimalkan properti yang ada (gue gak punya tripod, makanya mustahil gue moto sendiri tanpa bantuan orang lain), gue nyoba moto dengan dibantu efek angin dari kipas angin di ruang keluarga yang biasa dipake ngusir nyamuk nakal :


before



after

dan gue melakukan beberapa editan pakai software iPhoto. Misalnya mengcrop beberapa bagian foto sehingga terlihat efek lebih kurus, lalu muka berminyak (karena diburu waktu) gue remove semua minyaknya dari muka gue. Kira-kira beginilah...


before


after (perhatikan perbedaannya sama foto yang before)

Ada juga foto yang ini...


before


after

Tapi akhirnya dipilihlah yang ini :


before


after

Alasannya karena :
1. Muka gue gak keliatan. Kenapa? Soalnya kalau kelihatan gue gak terlalu pede sama muka sendiri buat dilombain. Kalo cuma buat foto-foto facebook gue masih oke aja. Kalo buat dilombain? No waaay!
2. Hidung gue kelihatan mancung. Karena aslinya hidung gue gak mancung, cuma gede doang.

Jadi sebenarnya alasan gue milih foto itu karena muka gue doang muahuahua bukan karena masalah teknis fotonya atau apa...

Sebelum pemotretan diri sendiri ini, gue sempet pemotretan dengan sepupu + tante + kak Lila di halaman belakang rumah. Tapi karena fotonya kurang berkonsep, jadinya pemotretan ulang (yang berujung muka gue sendiri sebagai model). Hasil beberapa foto-fotonya :








ini pada dasarnya doyan...

Foto gue emang gak sempurna, dan menang atau tidak, ikutan dalam lomba ini fun banget kok!
Disamping itu, waktu gue ngasih tau nyokap kalau gue ikut lomba ini dia heboh. Nyokap gue itu gak ngerti tentang komputer apalagi internet, jadi dia berulang kali nanyain hal-hal kayak, "cara nge votenya gimana la?" "berarti bisa dicurangin dong?" "berarti 1 orang bisa ngevote lebih dari sekali dong?" "bikinnya gimana tuh?" "orang lain bisa liat foto kamu?" "kalau mau vote harus punya email?" blahblahblah

dan akhirnya karena dia sendiri tidak bisa membantu dengan ikutan ngevote, dia lebih memilih untuk sms semua rekan-rekannya dan mintain alamat emailnya supaya gue kirim invitation sehingga bergabung dengan http://hanyaoreo.com dan ngevote gue. hahahahahaha! Tapi lumayan sih jadi banyak yang ngevote...

Dan kalau mau ngevote gue, masih bisa kok, dengan mengunjungi link ini :

http://www.hanyaoreo.com/game/gallery/22835
dan
http://www.hanyaoreo.com/game/gallery/26544

Jangan lupa, kalau mau vote, harus bikin account dulu :D

Wednesday, July 21, 2010

Starting The Journal 2

READ : Untuk baca post ini, baca dahulu pembukaannya di : http://www.paams.com/2010/05/starting-journal.html

Posting lanjutannya :


Jantung gue berdegup kencang. Jelas situasi udah gak kondusif lagi karena om-om bule yang satu ini cuma nambah ketegangan yang sudah gue dan Stevani alami hari ini. Gue menjawab dengan ragu, tiba-tiba gue berhenti berjalan dan om bule itu pun melakukan hal yang sama. Gue harus berkata dengan mantap! Supaya dia tau dia gak bisa macem-macem sama 2 remaja yang sangat menarik dari Indonesia ini!

"ah? heh? uh? Uhm, We are in a group and t-they arrre waiting for us!" Gue malah gemeter dan kebelet pipis. Sialan. Padahal sebetulnya gak perlu takut. Gue merasa konyol.

"OH! You're in a group! Well okay okay!!! it's not a problem, okay. Okay." Itu om bule menjawab gak kalah paniknya sama gue. Ini kenapa deh kita jadi panik-panikan gini.

Gue langsung melanjutkan jalan dengan Stevani, tidak menengok ke belakang. Om bule tersebut sudah belok ke arah coffee shop yang dimaksud, sepertinya.

Pada akhirnya, setelah kita berjalan jauh...jauh...jauh... yang intinya hanya mengelilingi pusat perbelanjaan yang super gede ini, akhirnya gue dan Stevani menemukan bus kami! Thank God! Dan disitulah, gue belum pernah merasa selega ini menemukan bus segede gaban dengan gambar lumba-lumba di bagian bodynya, serta hiasan sangat, sangat, nyentrik di dalam bus tersebut. Btw, supirnya ramah lho, hehe. Tapi gue juga bingung kenapa itu bus hiasannya banyak...banget...banyak...banyak..banyak, banget! Ada banyak pajangan seperti menara Eiffel kecil, rumah-rumahan kecil, gedung-gedung lainnya dalam bentuk kecil dan semuanya dilapisi lampu sehingga bagian dashboard bus terang benderang mentereng jeng jeng!

Sampe ke bus ternyata mereka tinggal nungguin kita bertiga. Semuanya udah berkumpul aja gitu lho. Gue dan Stevani masuk ke bus sambil terengah-engah, soalnya beberapa menit terakhir kita udah setengah berlari gitu (sebetulnya Stevani yang berlari, gue kecapekan untuk berlari dan pede kalau kita bakal selamat, jadinya Ste harus memperlambat larinya juga ujung-ujungnya...)

Waktu gue nyeritain tragedi kami berdua-terpisah-dengan-Nadira dan tragedi kami berdua-nyaris-ditawar-om-bule ke guru gue, Bu Esther, dia malah ketawa aja. Hahahahahahahahaha. Katanya harusnya kalau kayak gitu gak usah panik. Hahahahahahahaha. Gue aja yang termasuk orang yang jarang panikan udah termasuk panik tadi. Kakak-kakak kelas yang di bus itu malah suruh gue dan Stevani napas. Napas? Iye, kita berdua napasnya udah putus-putus gitu gara-gara kecapekan. Duh!

Beberapa menit kemudian si Nadira dateng. Ini dia yang ditunggu-tunggu. Ternyata dia cuma jalan-jalan sama pacarnya di sekitar mall Takashimaya itu. 'Cuma di sekitar itu' berarti masalah menurut gue karena 'cuma di sekitar itu' adalah mall besar yang lalu lintas orang lalu lalangnya gila-gilaan banget. Cuma di sekitar itu. Pantes kagak ketemu. -_-

Itu tadi hal yang bikin panik. Yang satu ini hal yang menyebalkan. Waktu kita main ke Genting Highland, Malaysia, ceritanya gue dan Stevani dan Nadira (Trio Kewrenh) gak bisa melanjutkan main wahana-wahana outdoor dikarenakan hujan yang deras. Jadilah kami ke indoor-nya dan nyoba-nyoba permainannya. Kita nyoba Ice World yang suhunya, seingat gue, -10 derajat Celcius. Iya kedinginan, kedinginan sampe rasanya hidung meler-meler. Sekali bayar kita boleh pakai jaket tebel, sepatu boot, dan sarung tangan yang disediain pengelolanya. Gue ambil jaket aja secara acak. Satu hal yang gue gak tau : jaket itu tampaknya bekas dipakai oleh orang India yang oh-so-well-known-baunya dan gue bener-bener gak sadar sampe 1-2 jam setelah gue udah keluar dari permainan itu. Badan gue bau, gue bisa ngerasain. Tapi sumber baunya sendiri gue gak bisa temukan. Badan gue? Ketek gue? Rambut gue? Yang jelas gue tau gue BAU karena gue bisa menciumnya dengan sangat jelas. Jaket sialan!!! Nadira mengernyit waktu gue tanyain pendapatnya soal bau gue (yang berarti, gue nempelin bagian badan gue ke hidung dia. Maap, Nad) dan itu sudah cukup menjelaskan jawabannya. Baunya gak enak. Gak terkatakan. Apek, asem, asin.. ih!

Berusaha nyuekin bau gue itu, kita akhirnya jalan-jalan mengitari area indoor itu (yang seperti mall, aduh emang kayaknya mall, cuma banyak permainannya) dan mencoba permainan-permainan yang bikin kita penasaran. Waktu gue lewatin tempat buat nonton 4D, sebetulnya gak ada yang menarik, tapi beberapa orang berlari masuk ke area itu, dan itu membuat gue penasaran. Satu hal yang gue gak perhatikan : orang-orang yang lari ke dalam area 4D itu sebetulnya 1 keluarga. 1. Keluarga. Besaaaaaaaaaarrrrrrr! Atau kalau pun bukan keluarga, mereka berada di rombongan yang sama. Dan, yak! Mereka adalah orang India. Sewaktu gue melihat orang-orang BERLARI masuk ke dalam area itu, secara otomatis gue memutar balikkan badan gue dan ikut masuk, penasaran ada apaan sih di dalamnya? Nadira dan Stevani juga melihat hal yang sama, jadi kita sama-sama masuk ke wahana itu.

Ternyata antrinya puanjaaaaaaaang banget. Udah kepalang basah, kalo mau balik juga sayang. Dan di depan serta di belakang gue, yang bisa gue liat cuma muka-muka orang-orang India yang tampaknya saling mengenal satu sama lain di ruangan itu. Salah satu bapak-bapak India itu melihat kami, Asia tersesat ini, lalu tersenyum menahan tawa sambil berbicara bahasa India dengan suara yang cukup keras dengan temannya (atau saudaranya? bapaknya? anak tirinya? entahlah.) Lalu mereka serempak tertawa kecil. Gue sebel. Bapak itu menoleh kepada kami dan bertanya, "haa.. you know? what I talk about? ha?"

"No. What?" Gue beneran sebel.

"Ha... I tell you you are alone here."

"Haaaa?" Gue makin sebel.

"Yeaaa.......... look we are all here. You are alone here," kata tuh bapak kumisan sambil melirik ke arah-arah keluarga kuchu-kuchu hotahenya. Sebodo amat.

Ngantrinya panjang dan orang-orang India itu bertepuk tangan dan teriak-teriak kalau film 4D nya dimulai. Gue rasa ngantrinya 1 jam sendiri. Padahal waktu itu gak rame-rame banget dan harusnya ngantri kaya beginian kagak lama-lama amat. Beberapa keluarga berusaha nyerobot antrean kita dan gue berusaha bertahan, defensif banget. Gue sebel kalo antriannya diserobot karena penjaga pintu masuk ke bioskop 4D nya juga orang India!!!!!!!! Jadi dia diem aja. Hih! Sorry ye, gini-gini ane masih berani membela kebeneran, biarpun disuguhin bau yang sangat 'harum'.

Film itu berjudul Turtle in The Sea dan ada di Ancol juga kalo gak salah. Pokoknya hari itu, hari dimana badan gue berbau seperti orang India dan orang-orang India itu melecehkan kami bertiga, disitulah gue sadar.................gue gak dapet kesan pertama yang baik tentang orang India. hiiiiiy!!!!!!!!



gue dan Stevani di Beryl's Chocolate, Genting.