Monday, April 6, 2009

What If?

Friends tell you their secrets
Friends are meant to share
Friends are meant to cheer you up,
What happens when they’re not there?


Is it hard when you don’t have
Someone to lean upon?
When you need a friend to care,
but they, your friends, have gone?


What if you were split
Up from your best friend?
Do you think you’d care
If your friendship ends?

Would you slowly drift apart,
Go in separate ways?
Or would you both grow closer
Grow closer day by day?

What if your friends started
Saying things behind your back?
Would you stand and face them,
Or would your courage lack?

Perhaps it would be safer
To let your friendships mend,
Push these thoughts behind you,
And make the questions end.


hmmm... we were as one, remember? Sebelum semuanya menjadi berantakan seperti ini, kita pernah gila-gilaan bareng dulu...

Untuk diingatkan kembali, untuk hal-hal yang sudah terlanjur menjadi hancur seperti ini... I never blamed you. ada quote yang mengatakan bahwa "your closest friend is your greatest enemy" dan sedikit-banyak benar juga, kan? Siapa pemegang kunci diri kalian, kalau bukan orang-orang terdekat kalian? orang yang memiliki 'kartu as' itulah yang paling mudah untuk menghancurkan kalian...das! dalam hanya hitungan detik.

hmmmmmm, gue tidak berharap yang muluk-muluk, berharap masalah ini cepat selesai. Tapi, gue ga tahan untuk ga cerita disini, yang mungkin satu-satunya pelarian gue, yang bener-bener bisa bikin gue lega. I'm not weak, but sometimes I'm sick, really sick of these things. Bagaimana kita bisa sampai disini? Bagaimana perjalanan waktu menghisap kita, menyeret kita sampai di sebuah hubungan dimana semuanya menjadi 10000000000000000x lebih rumit? Yang tidak pernah kita harapkan...akan menjadi seperti ini?

Gue bego dalam banyak hal, gue bego dalam hal berteman, bego dalam hal perasaan, bego dalam hal menentukan yang mana yang benar dan yang salah, bego dalam hal relationship dengan banyak orang. Gue bahkan bego dalam hal... berantem. Ya, berantem aja gue sadar gue sama sekali ga becus. Gue tidak punya cukup banyak kosakata untuk mengumpat seseorang yang gue benci. Gue tidak pernah punya cukup kebencian kepada seseorang sampai ingin membunuh orang itu. Gue tidak pernah punya cukup alasan untuk benar-benar menjauhi seseorang. Hey guys, everyone made mistakes, right?

Tapi memang ada kalanya gue benar-benar muak dengan ini semua...

Gue dan lo mempunyai banyak perbedaan. Cara pandang, cara berpikir, hobi, kebanyakan berbeda. Perbedaan memang dibuat untuk dipersatukan... tapi di titik inilah ego kita bertemu, kawan. Ego yang harusnya bisa kita redam sama-sama...ego yang harusnya tidak menjadi penyebab perpecahan ini...ego yang harusnya tidak menguasai pikiran kita. Tidak, ego itu harusnya dibuang jauh-jauh...

Tapi, gue dan elo, adalah manusia. Ego itu salah satu bagian dari kita, bukan? Sampai saat ini pun, detik ini, gue masih dikuasai ego gue. Ego gue berteriak, "ini salah dia! Coba kalau dia gak blablablabla" lalu gue akan berpikir segala hal negatif tentang elo, merancang sebuah skenario bahwa ini semua berlandaskan apa yang telah lo perbuat dan katakan. Dan gue menggelengkan kepala. Tidak. Gue punya andil disini. Gue melakukan hal itu, hal yang membuat dia tidak bisa menerima. Sekali lagi, cara pandang itu. Cara pandang itu seperti tidak bisa menemukan titik terangnya. Seperti dua kekuatan yang berbenturan keras...dan mengeluarkan energi negatifnya, sehingga kita jadi seperti ini.

Gue nulis post ini bukan untuk dikatai lo pengecut atau apapun itu. Terserah lo mau bilang apa. Gue ga berniat minta maaf atau merasa bersalah atau apa. Toh, they mean nothing. Gue cuma...menyampaikan apa yang terus menerus gue pikirkan 2 minggu ini.

Lo tetap sahabat gue, bagaimanapun kondisi kita sekarang. Lo bisa benci gue setengah mati, lo bisa memutuskan hubungan persahabatan kita. Tapi dulu, for a moment in time, kita pernah bersama. Kita pernah melewati hari-hari bersama, kita pernah menghadapi masalah-masalah kita bersama, kita pernah berbagi, kita pernah melewati itu semua...

Ada banyak tawa yang kita share bareng, dan disitu juga ada tangisan... Inget saat kita mulai deket waktu kelas 8? Dan malah menjadi semakin deket? More than what I expected, honestly... Inget jaman-jaman kita waktu masih gaul? Inget waktu gue naksir sahabat lo? Inget waktu gue ketipu habis-habisan sama si lesbi satu itu? Inget waktu lo main ke rumah gue, inget waktu gue main ke rumah lo? Inget waktu kita keliling Jakarta, cuma berdua, persis lesbi? Inget waktu ulang tahun gue, elo ngasih surprise ke gue? Inget waktu lo ditembak dia, yang merupakan titik awal perpecahan kita? Dia ga salah, perasaan kita bertiga yang terlalu rumit untuk dipersatukan...

Gue tau lo ngomongin gue di belakang, gue juga melakukan itu. Kita semua melakukannya. Hell yeah, everybody did I'm sure. Gue udah males meruntut kenapa ini semua bisa terjadi, toh itu semua tidak memperbaiki masalah kita. Jangan tanyakan pertanyaan yang sama lagi, kenapa ga ngomong langsung aja? oh come on, I just wanna share my story with one of my bestfriends, this blog.

Gue bego dalam hal pertemanan. Gue tolol dalam hal mengambil esensi dari pertemanan itu sendiri. I don't know about the friendship's rules.

Tapi gue tau, gue sayang elo, sekaligus membenci lo.
Dan itu membuat gue merasa sangat manusia...