Posting lanjutannya :
Jantung gue berdegup kencang. Jelas situasi udah gak kondusif lagi karena om-om bule yang satu ini cuma nambah ketegangan yang sudah gue dan Stevani alami hari ini. Gue menjawab dengan ragu, tiba-tiba gue berhenti berjalan dan om bule itu pun melakukan hal yang sama. Gue harus berkata dengan mantap! Supaya dia tau dia gak bisa macem-macem sama 2 remaja yang sangat menarik dari Indonesia ini!
"ah? heh? uh? Uhm, We are in a group and t-they arrre waiting for us!" Gue malah gemeter dan kebelet pipis. Sialan. Padahal sebetulnya gak perlu takut. Gue merasa konyol.
"OH! You're in a group! Well okay okay!!! it's not a problem, okay. Okay." Itu om bule menjawab gak kalah paniknya sama gue. Ini kenapa deh kita jadi panik-panikan gini.
Gue langsung melanjutkan jalan dengan Stevani, tidak menengok ke belakang. Om bule tersebut sudah belok ke arah coffee shop yang dimaksud, sepertinya.
Pada akhirnya, setelah kita berjalan jauh...jauh...jauh... yang intinya hanya mengelilingi pusat perbelanjaan yang super gede ini, akhirnya gue dan Stevani menemukan bus kami! Thank God! Dan disitulah, gue belum pernah merasa selega ini menemukan bus segede gaban dengan gambar lumba-lumba di bagian bodynya, serta hiasan sangat, sangat, nyentrik di dalam bus tersebut. Btw, supirnya ramah lho, hehe. Tapi gue juga bingung kenapa itu bus hiasannya banyak...banget...banyak...banyak..banyak, banget! Ada banyak pajangan seperti menara Eiffel kecil, rumah-rumahan kecil, gedung-gedung lainnya dalam bentuk kecil dan semuanya dilapisi lampu sehingga bagian dashboard bus terang benderang mentereng jeng jeng!
Sampe ke bus ternyata mereka tinggal nungguin kita bertiga. Semuanya udah berkumpul aja gitu lho. Gue dan Stevani masuk ke bus sambil terengah-engah, soalnya beberapa menit terakhir kita udah setengah berlari gitu (sebetulnya Stevani yang berlari, gue kecapekan untuk berlari dan pede kalau kita bakal selamat, jadinya Ste harus memperlambat larinya juga ujung-ujungnya...)
Waktu gue nyeritain tragedi kami berdua-terpisah-dengan-Nadira dan tragedi kami berdua-nyaris-ditawar-om-bule ke guru gue, Bu Esther, dia malah ketawa aja. Hahahahahahahahaha. Katanya harusnya kalau kayak gitu gak usah panik. Hahahahahahahaha. Gue aja yang termasuk orang yang jarang panikan udah termasuk panik tadi. Kakak-kakak kelas yang di bus itu malah suruh gue dan Stevani napas. Napas? Iye, kita berdua napasnya udah putus-putus gitu gara-gara kecapekan. Duh!
Beberapa menit kemudian si Nadira dateng. Ini dia yang ditunggu-tunggu. Ternyata dia cuma jalan-jalan sama pacarnya di sekitar mall Takashimaya itu. 'Cuma di sekitar itu' berarti masalah menurut gue karena 'cuma di sekitar itu' adalah mall besar yang lalu lintas orang lalu lalangnya gila-gilaan banget. Cuma di sekitar itu. Pantes kagak ketemu. -_-
Itu tadi hal yang bikin panik. Yang satu ini hal yang menyebalkan. Waktu kita main ke Genting Highland, Malaysia, ceritanya gue dan Stevani dan Nadira (Trio Kewrenh) gak bisa melanjutkan main wahana-wahana outdoor dikarenakan hujan yang deras. Jadilah kami ke indoor-nya dan nyoba-nyoba permainannya. Kita nyoba Ice World yang suhunya, seingat gue, -10 derajat Celcius. Iya kedinginan, kedinginan sampe rasanya hidung meler-meler. Sekali bayar kita boleh pakai jaket tebel, sepatu boot, dan sarung tangan yang disediain pengelolanya. Gue ambil jaket aja secara acak. Satu hal yang gue gak tau : jaket itu tampaknya bekas dipakai oleh orang India yang oh-so-well-known-baunya dan gue bener-bener gak sadar sampe 1-2 jam setelah gue udah keluar dari permainan itu. Badan gue bau, gue bisa ngerasain. Tapi sumber baunya sendiri gue gak bisa temukan. Badan gue? Ketek gue? Rambut gue? Yang jelas gue tau gue BAU karena gue bisa menciumnya dengan sangat jelas. Jaket sialan!!! Nadira mengernyit waktu gue tanyain pendapatnya soal bau gue (yang berarti, gue nempelin bagian badan gue ke hidung dia. Maap, Nad) dan itu sudah cukup menjelaskan jawabannya. Baunya gak enak. Gak terkatakan. Apek, asem, asin.. ih!
Berusaha nyuekin bau gue itu, kita akhirnya jalan-jalan mengitari area indoor itu (yang seperti mall, aduh emang kayaknya mall, cuma banyak permainannya) dan mencoba permainan-permainan yang bikin kita penasaran. Waktu gue lewatin tempat buat nonton 4D, sebetulnya gak ada yang menarik, tapi beberapa orang berlari masuk ke area itu, dan itu membuat gue penasaran. Satu hal yang gue gak perhatikan : orang-orang yang lari ke dalam area 4D itu sebetulnya 1 keluarga. 1. Keluarga. Besaaaaaaaaaarrrrrrr! Atau kalau pun bukan keluarga, mereka berada di rombongan yang sama. Dan, yak! Mereka adalah orang India. Sewaktu gue melihat orang-orang BERLARI masuk ke dalam area itu, secara otomatis gue memutar balikkan badan gue dan ikut masuk, penasaran ada apaan sih di dalamnya? Nadira dan Stevani juga melihat hal yang sama, jadi kita sama-sama masuk ke wahana itu.
Ternyata antrinya puanjaaaaaaaang banget. Udah kepalang basah, kalo mau balik juga sayang. Dan di depan serta di belakang gue, yang bisa gue liat cuma muka-muka orang-orang India yang tampaknya saling mengenal satu sama lain di ruangan itu. Salah satu bapak-bapak India itu melihat kami, Asia tersesat ini, lalu tersenyum menahan tawa sambil berbicara bahasa India dengan suara yang cukup keras dengan temannya (atau saudaranya? bapaknya? anak tirinya? entahlah.) Lalu mereka serempak tertawa kecil. Gue sebel. Bapak itu menoleh kepada kami dan bertanya, "haa.. you know? what I talk about? ha?"
"No. What?" Gue beneran sebel.
"Ha... I tell you you are alone here."
"Haaaa?" Gue makin sebel.
"Yeaaa.......... look we are all here. You are alone here," kata tuh bapak kumisan sambil melirik ke arah-arah keluarga kuchu-kuchu hotahenya. Sebodo amat.
Ngantrinya panjang dan orang-orang India itu bertepuk tangan dan teriak-teriak kalau film 4D nya dimulai. Gue rasa ngantrinya 1 jam sendiri. Padahal waktu itu gak rame-rame banget dan harusnya ngantri kaya beginian kagak lama-lama amat. Beberapa keluarga berusaha nyerobot antrean kita dan gue berusaha bertahan, defensif banget. Gue sebel kalo antriannya diserobot karena penjaga pintu masuk ke bioskop 4D nya juga orang India!!!!!!!! Jadi dia diem aja. Hih! Sorry ye, gini-gini ane masih berani membela kebeneran, biarpun disuguhin bau yang sangat 'harum'.
Film itu berjudul Turtle in The Sea dan ada di Ancol juga kalo gak salah. Pokoknya hari itu, hari dimana badan gue berbau seperti orang India dan orang-orang India itu melecehkan kami bertiga, disitulah gue sadar.................gue gak dapet kesan pertama yang baik tentang orang India. hiiiiiy!!!!!!!!
"ah? heh? uh? Uhm, We are in a group and t-they arrre waiting for us!" Gue malah gemeter dan kebelet pipis. Sialan. Padahal sebetulnya gak perlu takut. Gue merasa konyol.
"OH! You're in a group! Well okay okay!!! it's not a problem, okay. Okay." Itu om bule menjawab gak kalah paniknya sama gue. Ini kenapa deh kita jadi panik-panikan gini.
Gue langsung melanjutkan jalan dengan Stevani, tidak menengok ke belakang. Om bule tersebut sudah belok ke arah coffee shop yang dimaksud, sepertinya.
Pada akhirnya, setelah kita berjalan jauh...jauh...jauh... yang intinya hanya mengelilingi pusat perbelanjaan yang super gede ini, akhirnya gue dan Stevani menemukan bus kami! Thank God! Dan disitulah, gue belum pernah merasa selega ini menemukan bus segede gaban dengan gambar lumba-lumba di bagian bodynya, serta hiasan sangat, sangat, nyentrik di dalam bus tersebut. Btw, supirnya ramah lho, hehe. Tapi gue juga bingung kenapa itu bus hiasannya banyak...banget...banyak...banyak..banyak, banget! Ada banyak pajangan seperti menara Eiffel kecil, rumah-rumahan kecil, gedung-gedung lainnya dalam bentuk kecil dan semuanya dilapisi lampu sehingga bagian dashboard bus terang benderang mentereng jeng jeng!
Sampe ke bus ternyata mereka tinggal nungguin kita bertiga. Semuanya udah berkumpul aja gitu lho. Gue dan Stevani masuk ke bus sambil terengah-engah, soalnya beberapa menit terakhir kita udah setengah berlari gitu (sebetulnya Stevani yang berlari, gue kecapekan untuk berlari dan pede kalau kita bakal selamat, jadinya Ste harus memperlambat larinya juga ujung-ujungnya...)
Waktu gue nyeritain tragedi kami berdua-terpisah-dengan-Nadira dan tragedi kami berdua-nyaris-ditawar-om-bule ke guru gue, Bu Esther, dia malah ketawa aja. Hahahahahahahahaha. Katanya harusnya kalau kayak gitu gak usah panik. Hahahahahahahaha. Gue aja yang termasuk orang yang jarang panikan udah termasuk panik tadi. Kakak-kakak kelas yang di bus itu malah suruh gue dan Stevani napas. Napas? Iye, kita berdua napasnya udah putus-putus gitu gara-gara kecapekan. Duh!
Beberapa menit kemudian si Nadira dateng. Ini dia yang ditunggu-tunggu. Ternyata dia cuma jalan-jalan sama pacarnya di sekitar mall Takashimaya itu. 'Cuma di sekitar itu' berarti masalah menurut gue karena 'cuma di sekitar itu' adalah mall besar yang lalu lintas orang lalu lalangnya gila-gilaan banget. Cuma di sekitar itu. Pantes kagak ketemu. -_-
Itu tadi hal yang bikin panik. Yang satu ini hal yang menyebalkan. Waktu kita main ke Genting Highland, Malaysia, ceritanya gue dan Stevani dan Nadira (Trio Kewrenh) gak bisa melanjutkan main wahana-wahana outdoor dikarenakan hujan yang deras. Jadilah kami ke indoor-nya dan nyoba-nyoba permainannya. Kita nyoba Ice World yang suhunya, seingat gue, -10 derajat Celcius. Iya kedinginan, kedinginan sampe rasanya hidung meler-meler. Sekali bayar kita boleh pakai jaket tebel, sepatu boot, dan sarung tangan yang disediain pengelolanya. Gue ambil jaket aja secara acak. Satu hal yang gue gak tau : jaket itu tampaknya bekas dipakai oleh orang India yang oh-so-well-known-baunya dan gue bener-bener gak sadar sampe 1-2 jam setelah gue udah keluar dari permainan itu. Badan gue bau, gue bisa ngerasain. Tapi sumber baunya sendiri gue gak bisa temukan. Badan gue? Ketek gue? Rambut gue? Yang jelas gue tau gue BAU karena gue bisa menciumnya dengan sangat jelas. Jaket sialan!!! Nadira mengernyit waktu gue tanyain pendapatnya soal bau gue (yang berarti, gue nempelin bagian badan gue ke hidung dia. Maap, Nad) dan itu sudah cukup menjelaskan jawabannya. Baunya gak enak. Gak terkatakan. Apek, asem, asin.. ih!
Berusaha nyuekin bau gue itu, kita akhirnya jalan-jalan mengitari area indoor itu (yang seperti mall, aduh emang kayaknya mall, cuma banyak permainannya) dan mencoba permainan-permainan yang bikin kita penasaran. Waktu gue lewatin tempat buat nonton 4D, sebetulnya gak ada yang menarik, tapi beberapa orang berlari masuk ke area itu, dan itu membuat gue penasaran. Satu hal yang gue gak perhatikan : orang-orang yang lari ke dalam area 4D itu sebetulnya 1 keluarga. 1. Keluarga. Besaaaaaaaaaarrrrrrr! Atau kalau pun bukan keluarga, mereka berada di rombongan yang sama. Dan, yak! Mereka adalah orang India. Sewaktu gue melihat orang-orang BERLARI masuk ke dalam area itu, secara otomatis gue memutar balikkan badan gue dan ikut masuk, penasaran ada apaan sih di dalamnya? Nadira dan Stevani juga melihat hal yang sama, jadi kita sama-sama masuk ke wahana itu.
Ternyata antrinya puanjaaaaaaaang banget. Udah kepalang basah, kalo mau balik juga sayang. Dan di depan serta di belakang gue, yang bisa gue liat cuma muka-muka orang-orang India yang tampaknya saling mengenal satu sama lain di ruangan itu. Salah satu bapak-bapak India itu melihat kami, Asia tersesat ini, lalu tersenyum menahan tawa sambil berbicara bahasa India dengan suara yang cukup keras dengan temannya (atau saudaranya? bapaknya? anak tirinya? entahlah.) Lalu mereka serempak tertawa kecil. Gue sebel. Bapak itu menoleh kepada kami dan bertanya, "haa.. you know? what I talk about? ha?"
"No. What?" Gue beneran sebel.
"Ha... I tell you you are alone here."
"Haaaa?" Gue makin sebel.
"Yeaaa.......... look we are all here. You are alone here," kata tuh bapak kumisan sambil melirik ke arah-arah keluarga kuchu-kuchu hotahenya. Sebodo amat.
Ngantrinya panjang dan orang-orang India itu bertepuk tangan dan teriak-teriak kalau film 4D nya dimulai. Gue rasa ngantrinya 1 jam sendiri. Padahal waktu itu gak rame-rame banget dan harusnya ngantri kaya beginian kagak lama-lama amat. Beberapa keluarga berusaha nyerobot antrean kita dan gue berusaha bertahan, defensif banget. Gue sebel kalo antriannya diserobot karena penjaga pintu masuk ke bioskop 4D nya juga orang India!!!!!!!! Jadi dia diem aja. Hih! Sorry ye, gini-gini ane masih berani membela kebeneran, biarpun disuguhin bau yang sangat 'harum'.
Film itu berjudul Turtle in The Sea dan ada di Ancol juga kalo gak salah. Pokoknya hari itu, hari dimana badan gue berbau seperti orang India dan orang-orang India itu melecehkan kami bertiga, disitulah gue sadar.................gue gak dapet kesan pertama yang baik tentang orang India. hiiiiiy!!!!!!!!
gue dan Stevani di Beryl's Chocolate, Genting.
keren bgt pam bahasa lo gw jd bisa ngerasain lagi yg kita rasain dlu! keren!!!!
ReplyDeleteahaha.. yaa orang india kan kebanyakan gitu..
ReplyDeleteserem2 tampangnya. hehe..
tapi gw pernah lho dapet klien audit manajernya orang india. baiiiiikkk banget.
wah berarti lagi sial aja kali lo paams
salam kenal mba ^^! blognya bagus!
ReplyDeleteasyik nih bisa jalan2 di negeri seberang.
saya belum pernah T_T
Hahaha...bukannya ga boleh nge-generate gitu yaa???ga semua orang itu ga baik...
ReplyDelete@aie iya betul, tapi kan gue bilang dapet kesan pertama yang gak baik, bukan berarti kesan2 selanjutnya otomatis jd gak baik juga :)
ReplyDelete-_____-"
ReplyDeletedeg2annya ternyata gitu doang. cih penantian gue di post sebelumnya... ternyata gitu doang? haha
errghh selamet deh ya paam soal india2nya :p
haahahaha.. bahasa lu ekspresif banget deh ah. btw asik yaa study tournya sampe ke-luar gitu.
ReplyDeletecerita yang menarik dan bikin ngos ngosan
ReplyDeleteabisnya ceritanya tentang jalan-jalan, ngantri, lari lari
ahahaha
lanjut baca yang part 1 ah.
eh, jd inget yg di singapur tuh.. apaan tuh ya, snow city atau apa gitu. iya yg dalemnya dingin2 es2 (kyk yg dulu pernah di ancol)
ReplyDeleteJAKETNYA BAU ABIS!!!! SARUNG TANGANNYA JUGA!!! SEPATUNYA JUGA!
Eh, ga semua india gitu kali haha gue pernah ngobrol ama indiahe biasa aja tuh (ngobrolnya kurang lama kali ya)