Selalu ada awal dan ada akhir.
Keduanya melengkapi, selalu ada dan kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tapi toh ketika proses di antara awal dan akhir telah selesai, manusia tetap sedih juga. Tetap haru juga. Tetap melankolis juga. Sama aja kaya gue.
Dari beberapa hari yang lalu gue udah sadar hari ini bakal jadi hari terakhir gue ke sekolah yang bener-bener 'ke sekolah'. Ke sekolah pake seragam SMA, ke sekolah untuk masuk kelas, ke sekolah untuk ketemu teman-teman sekolah, saling sapa, saling ejek, saling ketawa-ketiwi.
Gue juga berpikir goblok banget orang yang galau cuma gara-gara hari terakhir kaya gini, toh masih ada hari-hari lainnya, toh kita masih bakal ngurusin segala keperluan untuk lulus, masih ada perpisahan, belum lagi prom night, foto BT, reuni-reuni yang sudah pasti akan digelar.
Tapi ternyata gue gak bisa gak melankolis. Senyum-senyum mereka, ketawa mereka, lelucon mereka, pelukan mereka, resenya mereka, dongonya mereka, nyebelinnya mereka, itu semua muncul terus dalam otak gue seharian ini. Sehari yang bikin gue mikir, tiga tahun terakhir gue yang jalani ini adalah sebuah anugerah yang gak bisa ditukar dengan harta termahal sekalipun.
Hidup memang tidak sempurna, tapi merupakan sebuah anugerah kalau kita bisa mensyukuri dan merasa cukup dengan segala yang telah diberikan kepada kita.
Gue bakal kangen banget mereka. Gue bakal kangen banget bercanda goblok bareng mereka. Gue bakal kangen banget rumah gue diberantakin sama mereka. Gue bakal kangen banget ejekan mereka yang ngeselin tapi kok ya lucu. Gue bakal kangen banget segala julukan yang anak-anak ini buat. Gue bakal kangen banget hebohnya mereka yang selalu bisa bikin gue ketawa gak peduli seberapapun badmoodnya gue.
Gue tau dan gue sadar ini bukan akhir segalanya, ini hanya akhir dari suatu perjalanan kecil dan merupakan awal untuk langkah yang jauh lebih besar. Petualangan yang lebih beresiko. Dan gue excited dengan semua hal itu. Gue excited untuk merasakan dunia baru. Dunia perkuliahan. Gue excited juga untuk merasakan kebebasan baru. Seragam yang bukan menjadi kewajiban lagi adalah salah satu tanda kebebasan yang lebih luas buat gue. Dunia gue bukan putih abu-abu lagi. Dunia gue bukan anak-anak lagi. Dunia gue, dalam waktu yang sangat singkat, akan menjadi sangat berbeda. Di satu sisi memang menyeramkan, namun gue excited untuk ketemu orang-orang baru, merasakan pengalaman baru, merasakan adrenaline rush yang mungkin tidak gue dapatkan selama SMA ini.
Gue lega. Lega bahwa ini semua akan segera berakhir. Di satu sisi gue sendiri memang udah gak betah jadi anak SMA. Tapi gue gak bisa gak berkaca-kaca kalau inget mereka. Toh sekolah gue cuma sepelemparan batu dari rumah gue. Tapi bukan gedungnya yang bisa ngobatin rasa kangen yang pasti bakal hinggap di gue. Bukan reuni-reuni yang akan digelar. Moment-moment yang gak bisa diulang, moment-moment spontan yang terjadi, hal-hal kayak gini gak bisa diobatin.
I keep them as one of my best gift God has given to me. Well, I realize life goes on. They will always have a special place in my heart, a place where when I look at it, I'll just find myself smiling for no reason. :')
I love you guys. I do. And even though I feel like a total idiot right now, I just can't stand the thoughts of not having you guys near me. I'm gonna miss you guys like crazy.
Keduanya melengkapi, selalu ada dan kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tapi toh ketika proses di antara awal dan akhir telah selesai, manusia tetap sedih juga. Tetap haru juga. Tetap melankolis juga. Sama aja kaya gue.
Dari beberapa hari yang lalu gue udah sadar hari ini bakal jadi hari terakhir gue ke sekolah yang bener-bener 'ke sekolah'. Ke sekolah pake seragam SMA, ke sekolah untuk masuk kelas, ke sekolah untuk ketemu teman-teman sekolah, saling sapa, saling ejek, saling ketawa-ketiwi.
Gue juga berpikir goblok banget orang yang galau cuma gara-gara hari terakhir kaya gini, toh masih ada hari-hari lainnya, toh kita masih bakal ngurusin segala keperluan untuk lulus, masih ada perpisahan, belum lagi prom night, foto BT, reuni-reuni yang sudah pasti akan digelar.
Tapi ternyata gue gak bisa gak melankolis. Senyum-senyum mereka, ketawa mereka, lelucon mereka, pelukan mereka, resenya mereka, dongonya mereka, nyebelinnya mereka, itu semua muncul terus dalam otak gue seharian ini. Sehari yang bikin gue mikir, tiga tahun terakhir gue yang jalani ini adalah sebuah anugerah yang gak bisa ditukar dengan harta termahal sekalipun.
Hidup memang tidak sempurna, tapi merupakan sebuah anugerah kalau kita bisa mensyukuri dan merasa cukup dengan segala yang telah diberikan kepada kita.
Gue bakal kangen banget mereka. Gue bakal kangen banget bercanda goblok bareng mereka. Gue bakal kangen banget rumah gue diberantakin sama mereka. Gue bakal kangen banget ejekan mereka yang ngeselin tapi kok ya lucu. Gue bakal kangen banget segala julukan yang anak-anak ini buat. Gue bakal kangen banget hebohnya mereka yang selalu bisa bikin gue ketawa gak peduli seberapapun badmoodnya gue.
Gue tau dan gue sadar ini bukan akhir segalanya, ini hanya akhir dari suatu perjalanan kecil dan merupakan awal untuk langkah yang jauh lebih besar. Petualangan yang lebih beresiko. Dan gue excited dengan semua hal itu. Gue excited untuk merasakan dunia baru. Dunia perkuliahan. Gue excited juga untuk merasakan kebebasan baru. Seragam yang bukan menjadi kewajiban lagi adalah salah satu tanda kebebasan yang lebih luas buat gue. Dunia gue bukan putih abu-abu lagi. Dunia gue bukan anak-anak lagi. Dunia gue, dalam waktu yang sangat singkat, akan menjadi sangat berbeda. Di satu sisi memang menyeramkan, namun gue excited untuk ketemu orang-orang baru, merasakan pengalaman baru, merasakan adrenaline rush yang mungkin tidak gue dapatkan selama SMA ini.
Gue lega. Lega bahwa ini semua akan segera berakhir. Di satu sisi gue sendiri memang udah gak betah jadi anak SMA. Tapi gue gak bisa gak berkaca-kaca kalau inget mereka. Toh sekolah gue cuma sepelemparan batu dari rumah gue. Tapi bukan gedungnya yang bisa ngobatin rasa kangen yang pasti bakal hinggap di gue. Bukan reuni-reuni yang akan digelar. Moment-moment yang gak bisa diulang, moment-moment spontan yang terjadi, hal-hal kayak gini gak bisa diobatin.
I keep them as one of my best gift God has given to me. Well, I realize life goes on. They will always have a special place in my heart, a place where when I look at it, I'll just find myself smiling for no reason. :')
I love you guys. I do. And even though I feel like a total idiot right now, I just can't stand the thoughts of not having you guys near me. I'm gonna miss you guys like crazy.